Cara Menata Tempat Duduk Siswa Agar Pembejalaran Efektif dan Menyenangkan_ Tahukah anda bawah ketercapaian tujuan pembelajaran dalam Proses belajar mengajar di kelas juga sangat dipengaruhi oleh Penataan Ruang Kelas Yang Kondusif Dan Menyenangkan. Susunan Bangku Kelas yang Bagus pastinya akan membuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pembelajaran di kelas, Satu hal yang mesti kita ketahui adalah dalam pembelajaran terkadang seorang guru menerapkan metode, model, teknik dan strategi pembelajaran yang pastinya membutuhkan pola tempat duduk yang berbeda pula agar pembelajaran yang berlangsung bisa tercapai maksimal. Namun dalam menyusun denah tempat duduk di kelas ada beberapa kriteria penataan ruangan kelas yang mesti dipahami, agar pola-pola tataan tempat duduk bisa berbanding lurus dengan tingkat keefektifan tercapainya tujuan pembelajaran dan pembelajaran bisa terasa menyenagkan bagi siswa. A. Kriteria dalam Menata Tempat Duduk Siswa Agar Pembejalaran Efektif dan Menyenangkan 1. Memudahkan Mobilitasis Siswa Mobilitas adalah kemudahan yang didapatkan siswa untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, jadi dalam menyusun pola tempat duduk adalah hal yang sangat penting untuk memerhatikan apakah pola tempat duduk yang dibuat bisa memberikan keleluasaan bagi siswa untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Walaupun tataan ruang sudah dibuat kreatif dan semenarik mungkin namun karena subtansi utamanya yakni kenyamanan dan kemudahan siswa tidak bisa terpenuhi maka hal tersebut juga akan berbanding terbalik dengan tujuan utama proses pembelajaran yang menghendaki supaya bisa merasa nyaman dan pembelajaran juga bisa berlangdung secara efektif. 2. Memudahkan Aksesbilitas Siswa Aksesbilitas adalah kemudahan atau keleluasaan siswa dalam mengakses sumber dan alat bantu belajar, bisa jadi siswa sudah bisa bergerak kesana-sini namun pola kelas yang masih kurang maksimal sehingga menghmabat siswa dalam mengakses beberapa sumber dan alat bantu belajar. Misalnya saja aksesbilitas siswa dalam mengakses rak buku, media-media pembelajara, pojok baca dll semua hal tersebut harus diperhatikan. Jadi bukan hanya proses belajar yang dimaksimalkan akan tetapi juga kemudahan dalam mengakses sumber-sumber belajar juga harus di maksimalkan. 3. Memudahkan Interaksi antara Siswa dengan Siswa dan Siswa dengan Guru Kritetria selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang kelas yang efektif dan menyengankan adalah pola mengacak tempat duduk siswa bisa memudahkan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain dan memudahkan siswa berinterkasi dengan gurunya. Interkasi antara siswa dan siswa serta interaksi antara siswa dan guru merupakan komponen kecerdasan afektif bagi siswa kemampuan sosial, sehingga jangan pernah mengabaikan bagaimana memebri kemudahan bagi siswa sehingga mudah melakukan interkasi. Ruangan kelas yang dirancang untuk memudahkan siswa untuk saling berinteraski akan berperan besar dalam meningkatkakan kemampuan sosial siswa kecerdasan sosial dan akan menjadi bagian dari karakter siswa yang sosialis dan mudah bergaul nantinya. 4. Memudahkan dalam Menciptakan Variasi dalam pembelajaran Terakhir, Menata Tempat Duduk Siswa Agar Pembejaran Efektif dan Menyenangkan, sebaiknya juga mempertimbangkan bagaimana pola tempat duduk atau denah kelas yang dirancang tersebut bisa memudahkan guru dalam melaksanakan atau menerapkan variasi dalam pembelajaran, misalnya saja berdiskusi, presentasi, demonstrasi dll. Cara Menata Tempat Duduk Siswa Agar Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan, juga harus mempertimbangkan faktor siswa yang akan mengikuti pembelajaran berikut beberapa tipsnya 1. Siswa yang lambat belajar duduk di bagian depan atau dekat dengan guru Menata tempat duduk juga harus memperimbangkan kemampuan siswa dalam menangkap pembelajaran, jadi usahakan tatan kelas memudahkan siswa yang lambat belajar lebih mudah untuk mendengar, melihat materi pelajaran yang disampaikan\\ Siswa-Siswa yang lambat belajar sebaiknya duduk di bagian depan atau dekat dengan guru agar mereka bisa lebih mudah mendengar berbagai penjelasan dari guru. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir keterlambatan siswa tersebut dalam memahami pelajaran ketimbang temannya yang lain. 2. Siswa yang pintar duduk berdampingan dengan siswa yang kurang pintar Sejatinya tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah ada siswa yang lambat dalam memahami pelajaran dan ada siswa yang cepat dalam memahami pelajaran, jadi pola tataan tuang kelas atau tempat duduk siswa juga harus memerhatikan kemudahan siswa untuk saling bekerjasama dan saling membantu. Sebaiknya Siswa yang pintar duduk berdampingan dengan siswa yang kurang pintar, agar siswa yang pintar tersebut bisa membantu temannya yang lambat paham, juga bisa menjadi motivasi untuk pribadi siswa yang kurang pintar tersebut untuk belajar agar bisa menjadi berprestasi dengan siswa/teman duduknya yang pintar. Cara Menata Pola atau denah tempak duduk siswa sesuai dengan kebutuhan pembelajaran 1. Pola atau denah tempak duduk siswa berbentuk huruf U sumber Pola tempat duduk yang berbentuk huruf U sangat efektif untuk meminimalisir siswa yang tidak memerahtikan penjelasan guru. Dengan menerapkan model kursi U di kelas guru dapat memerhatikan aktivitas siswanya. Beda halnya dengan mode kurus traditional yang disusun bersusun yang memduhkan siswa untuk bersembunyi, bermain-main atau tidur di dalam kelas karena bisa bersembunyi dibalik kursi temannya. Denah tempat duduk siswa berbentuk huruf U juga memudahkan guru untuk berkeling di hadapan siswa dan di belakang siswanya. Pola tempat duduk dengan model U kemungkinan besar mampu memicu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Pola Tempat duduk siswa berbentuk persegi🔁 sumber Pola tempat duduk berbentuk rectangular segi empat sangat cocok untuk tipe pembelajaran dikusi kelompok atau kerja kelompok. Dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi beberapa komponennya bisa tercapai dengan model tempat duduk rectangular segi empat. Kerja kelompok dengan mode tempat duduk rectangular dapat memudahkan siswa untuk berkomunikasi sehingga bisa memunculkan kemampuan berkomunikasi siswa comunicationg skills, dapat memudahkan siswa untuk bekerjasama sehingga dapat memunculkan kemampuan berkolaborasi siswa colaboration skills 3. Pola Tempat Duduk Siswa berbentuk Parallel Sejajar Pola tempat duduk Parallel sejajar adalah pola tempat duduk yang sudah sangat lazim ditemui di sekolah-sekolah. Kekurangan pola tempat duduk ini adalah ada beberapa titik yang tidak bisa dilihat oleh guru, misalnya saja siswa yang duduk di bangku belakang dan duduk dibelakang temannya. Namun mode tempat duduk parallel juga memiliki kelebiha, misalnya siswa bisa melihat secara horizontal pada gurunya yang tepat berada di depannya. Sebenarnya masih ada banyak pola tempat duduk, namun intinya pola tempat duduk sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa agar pembelajaran bisa berlangsung menyenangkan namun tetap efektif. Demikianlah artikel tentang Cara Menata Tempat Duduk Siswa Agar Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda
Polaseperti ini adalah yang paling banyak diterapkan di kelas-kelas. Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini sangat baik untuk pengajaran formal. siswa duduk secara berderet menghadap ke papan tulis dan guru. Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa adalah guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode
Apa dampak yang muncul dari susunan tempat duduk yang berbeda di kelas terhadap partisipasi siswa? Apa yang diungkapkan ruang belajar Anda mengenai filosofi mengajar Anda? Siapa yang sebaiknya memutuskan siapa duduk dimana, guru atau siswa? Dalam artikel ini, kita akan cermati apa hasil penelitian. Ruang belajar hadir dalam beragam bentuk dan ukuran, mulai dari ruangan persegi panjang berisikan 30 siswa dengan dilengkapi pintu dan jendela yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan, hingga ruangan dengan konsep terbuka yang dilengkapi dinding lipat yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul siswa. Termasuk diantaranya ada yang di luar ruangan, di dalam ruangan, maupun ruang khusus yang ditujukan untuk mata pelajaran tertentu dengan peralatan khusus, atau ruang serbaguna yang dapat digunakan untuk segala kepentingan sekolah. Sebagai seorang pengajar, seringkali Anda tidak diberikan kesempatan untuk memilih ruang kelas Anda. Akan tetapi, dengan banyaknya perlengkapan yang tersedia, Anda bebas mengubah dan mengatur tata ruang yang sesuai. Tentu saja setelah selesai mengatur meja tulis, area komputer, bean bags/kursi santai, serta perlengkapan lainnya misalnya sejumlah pengajar ada yang menempatkan bola untuk latihan fisik, selanjutnya fokus untuk menentukan siapa akan duduk di mana. Ruang kelas yang mendukung proses belajar mengajar Jadi, bagaimana cara Anda mengajar, seperti apa kegiatan pembelajaran berlangsung, dan apa yang ingin Anda capai? Sekitar empat puluh tahun yang lalu, seorang psikolog lingkungan asal Amerika, Profesor Robert Sommer, menyatakan suatu gagasan tentang menentukan tata ruang kelas. "Filosofi dari pendidikan guru akan tercermin dalam penyusunan tata ruang kelas. Seorang guru harus mampu memberikan alasan logis mengenai pengaturan meja dan kursi sesuai tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Tidak ada tata ruang kelas yang ideal untuk semua jenis kegiatan Sommer, 1977". Beliau pun menyebutkan beberapa contoh gaya pengaturan tempat duduk tradisional dimana kursi disusun berbaris dan semua menghadap ke depan mencirikan metode pengajaran duduk dan mendengarkan’; sementara untuk kelompok kerja, penggunaan cluster table atau meja berkelompok’ merupakan metode terbaik karena memungkinkan para siswa untuk berbagi tugas dan bekerja sama; dan jika praktik pengajaran yang dilakukan membutuhkan ruangan yang cukup luas karena penggunaan perlengkapan tertentu, misalnya balok Cuisenarie dalam mata pelajaran matematika, maka perlu disediakan meja yang cukup panjang. Apakah pengaturan tempat duduk tertentu mendorong partisipasi? Sebuah studi yang melibatkan seluruh kelas siswa kelas empat di Jerman Marx, Fuhrer & Hartig, 1999 mencoba memahami apakah pengaturan tempat duduk yang berbeda memancing siswa untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan. Para peneliti mengamati 53 kelas mata pelajaran Bahasa Jerman dan matematika selama delapan minggu dan dalam semua kelas tersebut guru berada di depan – baik duduk di mejanya ataupun berdiri. Mereka menguji dua macam pengaturan tempat duduk – model tradisional baris dan kolom serta setengah lingkaran. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanya-jawab lebih sering terjadi ketika siswa didudukkan dalam pengaturan setengah lingkaran daripada dalam pengaturan baris-dan-kolom,” lapor para peneliti. Menariknya, dalam kedua pengaturan ini, bahkan baris dan kolom, mereka mengidentifikasi ada dua 'zona aksi' - satu berbentuk seperti huruf T dan satunya berbentuk seperti segitiga. Anak-anak yang berada di kedua zona ini mereka yang duduk di area tengah mengajukan lebih banyak pertanyaan per pelajaran. Para peneliti menjelaskan bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan duduk dengan model setengah lingkaran di sekolah dasar 'mampu memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa di kelas', meski perlu diingat bahwa kepribadian guru dan gaya mengajar juga menjadi faktor penentu tingkat partisipasi siswa. Fernandes, Huang & Rinaldo 2011 menerangkan bahwa penelitian membuktikan partisipasi dan pelibatan merupakan hal penting dalam proses pembelajaran siswa. “Partisipasi di ruang kelas erat kaitannya dengan pengembangan dan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan stimulasi kognitif semacam ini memberikan siswa kondisi belajar yang berbeda dengan mengusung prinsip pengalaman belajar yang positif dan efektif ... .” Melihat segala sesuatu dari sudut pandang siswa Ketika mengunjungi bioskop atau datang ke pertandingan olahraga, selalu ada kemungkinan Anda tiba dan mendapati arah pandang Anda terbatas’ dari posisi tempat duduk Anda. Atau biasanya lima menit sebelum acara dimulai seseorang berperawakan tinggi besar menyerupai postur Jonah Lomu akan duduk di tempat duduknya... dan duduk tepat di depan Anda. Dalam lingkungan kelas, jika meja siswa diposisikan dalam beberapa kelompok kecil - kecuali jika ruangan yang tersedia sangat besar - sulit untuk menemukan cara agar setidaknya satu atau dua siswa duduk tidak membelakangi papan tulis. Selain itu, ada hal lain juga yang perlu dipertimbangkan. Sommer berpendapat bahwa sejatinya sebuah kelas jauh dari konsep sebuah ruang berbentuk kubus yang homogen’, melainkan merupakan lingkungan-lingkungan mikro yang saling terhubung. Penerangan jauh lebih baik di satu bagian ruangan daripada di bagian lain, udara jauh lebih dingin di dekat jendela, dan cenderung terlalu hangat di sekitar saluran pemanas ruangan. Pandangan ke arah papan tulis sangatlah berbeda dari satu bagian ruangan dengan bagian lainnya, dikarenakan cahaya dari lampu di langit-langit. Anjuran ini sudah ada sejak tahun 1970-an, tetapi masih relevan hingga sekarang. Dengan adanya penerapan BYOD bring your own device dan satu laptop untuk satu siswa serta pemasangan papan pintar elektronik, pantulan cahaya dari lampu di langit-langit dan jendela bisa jadi masalah, dan lain sebagainya. Sommer juga menambahkan, “Sebagian siswa mungkin dapat melihat ke luar ruangan, dan yang lain tidak. Seseorang dengan pengalaman mengajar di ruang kelas bertahun-tahun pun kadang tidak menyadari bahwa siswa yang berada di kuadran sebuah ruangan mengalami kesulitan melihat papan tulis atau grafik di depan kelas. Ada juga penghalang yang sifatnya fisik antara siswa yang duduk di bagian belakang dengan papan tulis misalnya, siswa berpostur tinggi yang kebetulan duduk di meja depan.” Kapan terakhir kali Anda mencoba memahami sesuatu dengan melihat dari sudut pandang siswa? Pernahkah Anda menempatkan diri di posisi mereka atau dalam hal konteks ini, tempat duduk atau bahkan menanyakan apakah mereka dapat melihat dan mendengar dengan sebagaimana mestinya? Memutuskan siapa duduk di mana Dalam sistem yang berlaku secara umum, gurulah yang menentukan posisi duduk siswa. Sementara dalam sistem yang lainnya, dimana aktivitas belajar tidak hanya berlangsung di dalam satu ruangan kelas, beberapa guru memilih untuk membiarkan siswa menentukan sendiri di setiap mata pelajaran. Fernandes, Huang & Rinaldo 2011 beranggapan bahwa akan lebih baik bagi siswa jika aktivitas belajarlah yang menentukan tempat duduk. Saat siswa diberikan kebebasan untuk menentukan posisi duduknya, pengalaman belajar bagi siswa yang duduk di depan akan berbeda dibandingkan dengan mereka yang duduk di posisi belakang. Artinya, ada siswa yang mendapat tempat duduk yang lebih baik daripada siswa lainnya. “Siswa yang datang lebih awal punya kesempatan untuk memilih tempat duduk lebih dahulu, oleh karenanya siswa yang datang terakhir akan lebih besar kemungkinannya duduk di tempat yang tidak ia harapkan... “ Sementara sebagai seorang guru, Anda punya pertimbangan tertentu dalam memutuskan posisi duduk siswa. Pertimbangan yang dimaksud antara lain tugas kelompok yang melibatkan siswa tertentu, atau penentuan berdasarkan kemampuan misalnya, mengelompokkan kemampuan yang serupa atau mengatur meja dalam kelompok untuk mendorong terbentuknya dukungan antarteman sebaya, atau bisa juga karena manajemen perilaku misalnya, memberi jarak di antara siswa tertentu atau memindahkan beberapa siswa lebih dekat ke meja guru. Sebuah studi terbaru di Belanda tidak hanya berhasil mengidentifikasi berbagai macam pengaturan tempat duduk di sekolah dasar, tetapi juga mencoba memahami pertimbangan seorang guru dalam memutuskan siapa akan duduk di mana Gremmen, van den Berg, Segers, & Cillessen, 2016. “Pada awal tahun ajaran, sebagai bagian dari manajemen kelas, para guru dihadapkan pada pertanyaan tentang bagaimana dan dimana akan menempatkan siswa mereka. Ini merupakan keputusan penting, karena pengaturan tempat duduk di kelas mempengaruhi iklim belajar di kelas dan hubungan siswa antara satu sama lain ...,” ungkap mereka. “[Guru] menentukan siswa yang duduk berdekatan dengan siapa, dengan siapa mereka terpapar, dan dengan siapa mereka berinteraksi selama pelajaran di kelas. Sayangnya, aspek pengelolaan kelas seperti ini jarang dibahas dalam pelatihan guru, padahal desain ruang kelas telah terbukti penting baik dalam pengembangan akademik maupun kemampuan sosial siswa.” Ketika ditanya mengenai preferensi dalam menentukan pengaturan tata ruang kelas, sebanyak 50 guru dalam studi tersebut menyebutkan setidaknya 2 sampai 19 alasan – sebagian besar adalah alasan terkait akademis 31 persen, tetapi 17 persen alasan yang disampaikan berkaitan dengan manajemen kelas. Hampir setengah dari keseluruhan guru yang berpartisipasi dalam penelitian, yakni sebesar 48 persen, memilih untuk membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, sementara 40 persen memilih mendudukkan siswa dalam barisan dan 12 persen sisanya memilih pengaturan yang lain. Para peneliti menemukan bahwa “Alasan yang paling sering dikemukakan sebagai dasar guru membentuk kelompok belajar kecil adalah untuk membangun kerja sama antar siswa, sedangkan guru yang memilih pengaturan dalam baris beralasan agar tercipta suasana yang tenang yang membantu siswa lebih baik secara akademis.” Satu hal yang menarik adalah ada lebih banyak guru 70 persen sebenarnya lebih menyukai pembagian kelompok kecil, tetapi mereka tidak selalu memilih menerapkannya, terutama pada awal tahun ajaran. “Para guru menyebutkan bahwa pada awal tahun mereka mulai dengan model baris agar siswa mampu berkonsentrasi dan lalu menjelang akhir tahun, siswa baru dibagi ke dalam kelompok.” Pada akhirnya, sesuai yang disampaikan oleh Sommer di awal artikel, bahwa penting untuk memilih sesuai dengan kondisi Anda dan siswa Anda, sesuai dengan konteks yang berlaku pada saat itu. Referensi Fernandes, A. C., Huang, J., & Rinaldo, V. 2011. Does where a student sits really matter? The impact of seating locations on student classroom learning Apakah di mana siswa duduk benar-benar penting? Dampak lokasi tempat duduk pada pembelajaran siswa di kelas. International Journal of Applied Educational Studies, 101, 66-77. Gremmen, M. C., van den Berg, Y. H., Segers, E., & Cillessen, A. H. 2016. Considerations for classroom seating arrangements and the role of teacher characteristics and beliefs. Social Psychology of Education, 194, 749-774. Marx, A., Fuhrer, U., & Hartig, T. 1999. Effects of classroom seating arrangements on children's question-asking Pengaruh pengaturan tempat duduk di kelas pada anak-anak mengajukan pertanyaan. Learning Environments Research, 23, 249-263. Sommer, R. 1977. Classroom layout Tata Letak Ruang Kelas. Theory into Practice, 163, 174-175.
Penyusunandan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara kuasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam pengaturan perlu diperhatikan hal-hal berikut: Ukuran dan bentuk kelas, bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa, jumlah siswa dalam kelas, jumlah siswa dalam setiap kelompok
Termasuk kegiatan pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang belajar kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa guna memberi bantuan baik secara individual maupun kelompok dalam pelaksanaan KBM, sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang menggairahkan, dalam pengaturan ruang kelas Hal-hal yang perlu mendapat perhatian, adalah 1. Ukuran dan bentuk kelas2. Ukuran dan bentuk bangku/kursi/meja3. Jumlah siswa dalam satu Jumlah kelompok dalam satu Jumlah anggota dalam satu kelompok6. Komposisi siswa dalam kelompok misalnya ; pria -wanita Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada pembahasan masalah pengaturan tempat duduk pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan ventilasi serta tata Pengaturan Tempat Duduk Dalam belajar siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk mempengaruhi siswa dalam belajar. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka siswa akan dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang, ada pula yang hanya dapat diduduki oleh seorang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu ukurannya jangan terlalu besar agar mudah diubah-ubah formasinya. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke belakang. Sudirman N 1991; 318 mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi setengah lingkaran, dan posisi berbaris ke Pengaturan Alat-alat Pengajaran Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikuta. Perpustakaan Kelas Sekolah yang maju ada perpustakaan di setiap kelas, Pengaturannya bersama-sama Alat-alat Peraga media Pengajaran Alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di kelas agar memudahkan dalam penggunaannya, Pengaturannya bersama-sama Papan Tulis, Kapur Tulis, dan lain-lain Ukurannya Disesuaikan, Warnanya harus kontras , Penempatannya memperhatikan estetika dan terjangkau oleh semua Papan Presensi Siswa Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua siswa. Difungsikan sebagaimana Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelasa. Hiasan dinding pajangan kelas hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya- Burung Garuda- Teks Proklamasi- Slogan pendidikan - Para pahlawan - Peta/globeb. Penempatan lemari - Untuk buku di depan - alat-alat peraga di belakangc. Pemeliharaan kebersihan- Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas- Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban di Ventilasi dan Tata Cahaya- Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan Sebaiknya tidak Pengaturan cahaya perlu diperhatikan- Cahaya yang masuk harus cukup- Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan. Berkaitan dengan usaha membuat pajangan kelas, ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh guru, Mengapa kita memamerkan pajangan kelas?b. Kapan direncanakan pajangan kelas?c. Pekerjaan siapa yang seharusnya dipajang?d. Dimana hasil pekerjaan diletakkan?e. Apa yang diperlukan guru untuk mengadakan pajangan yang baik? Akhirnya, untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi siswa dalam belajar, hal-hal berikut kiranya dapat dijadikan pegangan, yaitu1 Mengatur tempat duduk siswa harus mencerminkan belajar efektif. Bangku disediakan yang memungkinkan dipindah-pindah atau diubah tempatnya2 Ruangan kelas yang bersih dan segar akan menjadikan siswa bergairah belajar3 Memelihara kebersihan dan kenyamanan suatu kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah siswa menerima Muhammad Azhar, 1993, proses belajar mengajar pola CBSA, Surabaya; usana offsetSyaiful Bahri djamarah & aswan Zain, 2002, strategi belajar mengajar, Jakarta; Rineka cipta
Dampaklokasi tempat duduk pada pembelajaran siswa di kelas). International Journal of Applied Educational Studies & Hartig, T. (1999). Effects of classroom seating arrangements on children's question-asking (Pengaruh pengaturan tempat duduk di kelas pada anak-anak mengajukan pertanyaan). Learning Environments Research, 2(3), 249-263
cSMrew. e89z2jah7p.pages.dev/182e89z2jah7p.pages.dev/285e89z2jah7p.pages.dev/211e89z2jah7p.pages.dev/145e89z2jah7p.pages.dev/528e89z2jah7p.pages.dev/583e89z2jah7p.pages.dev/296e89z2jah7p.pages.dev/251
pengaturan tempat duduk siswa dalam kelas