Yangpada akhirnya, HMI DIPO menerima asas Pancasila - meski setelah reformasi asasnya kembali ke Islam, sedangkan HMI MPO tetap mempertahankan asas Islamnya.
hmidipo dinilai lebih moderat karena mau menggunakan taktik menerima asas tunggal, sedangkan mpo dinilai lebih fundamental dan tidak mau menyerah pada pemerintah yang tiran., terkait dengan islah yang sering diwacanakan oleh kader hmi sejak lama, aji berencana akan membuat road map berupa kajian terkait kesamaan antara hmi mpo dan hmi dipo
Kongreske-16 di Padang pada 1986, HMI pecah menjadi dua, yaitu biasa kita kenal dengan nama HMI DIPO dan HMI MPO. Hal ini terjadi lantaran HMI yang notabene adalah organisasi yang berasaskan Islam harus diganti dengan Pancasila. Kader yang menerima HMI berasaskan Pancasila disebut kader HMI DIPO sedangkan sisanya kader yang tetap setia pada
PerseteruanDIPO dan HMI MPO berakhir damai. Kedua pengurus organisasi itu sepakat islah di Kongres HMI ke-26 di Palembang.
Sejaksaat itu, HMI terbagi menjadi dua. Pertama, HMI DIPO (terletak di Jalan Diponegoro Jakarta) dan HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi). Setelah Orde Baru berakhir, tahun 1999, HMI kembali menerapkan asas Islam di dalam organisasinya. Namun, hal ini tidak lantas membuat HMI DIPO dan HMI MPO bersatu, karena adanya perbedaan karakter dan tradisi organisasi. HMI DIPO lebih cenderung pragmatis, sementara HMI MPO bersikap kritis.
Ketikakutanya soal pendapat kader MPO yang menyatakan HMI DIPO pernah 'melenceng' dari asas, Cahyono menjawab begini: ''HMI DIPO dinilai melenceng dan meninggalkan asas islam, saya rasa itu pola pikir yang kurang pas. Karena pada saat itu pemerintah memberlakukan asas tunggal, Pancasila. Organisasi selain berasaskan Pancasila, dibubarkan.
eu5iC. e89z2jah7p.pages.dev/499e89z2jah7p.pages.dev/95e89z2jah7p.pages.dev/357e89z2jah7p.pages.dev/570e89z2jah7p.pages.dev/327e89z2jah7p.pages.dev/353e89z2jah7p.pages.dev/245e89z2jah7p.pages.dev/451
perbedaan hmi dipo dan mpo